Wednesday 19 August 2015

Dengarkan hatiku

Mereka terlalu asyik dengan dirinya”. “Mereka tidak mau mendengarkan kami”. Demikianlah keluhan yang banyak diungkapkan oleh orangtua yang memiliki anak terutama yang sudah menginjak usia remaja. Bagi banyak orangtua, anak-anak remaja mereka yang sering disebut sebagai ABG (Anak Baru Gedhe) seringkali tampak menjadi sosok yang aneh bahkan asing dalam keluarga. http://concordprime.com/want-to-know-more-about-asthma-read-these-tips Mereka sibuk dengan dunianya, tenggelam dalam keasyikannya bersama teman-temannya, marah-marah atau senyum-senyum sendiri dengan gadget di tangan, dan tidak lagi terhubung dengan dunia di sekitarnya. Usaha orangtua untuk masuk dan mengajak mereka berkomunikasi seringkali tidak mendapat tanggapan yang menggembirakan bahkan dianggap sebagai gangguan. Hal ini tentu saja menjadi masalah bagi


orangtua. Ketiadaan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak pertama-tama akan berpotensi membawa perasaan gagal sebagai orangtua. Perasaan ini membayangi orangtua ketika mereka melihat anak-anak mereka tumbuh dan menjadi besar tanpa merasa ikut terlibat aktif di dalam perkembangannya. Perasaan gagal ini juga akan membawa pada perasaan bersalah dan http://devofest.com/tips-for-teaching-your-kids-from-home/ lebih jauh lagi krisis eksistensi sebagai orangtua. Krisis eksistensi ini berdampak pada berbagai masalah baik masalah fisik, psikologis, maupun sosial.



Dengarkan hatiku

No comments:

Post a Comment