Thursday 20 August 2015

Dunia pendidikan masa kini

Dunia pendidikan indonesia 2015 Beberapa waktu terakhir, masyarakat khususnya di Yogyakarta banyak yang memberikan perhatian pada kasus yang dialami Florence. Florence adalah pendatang dari luar Yogyakarta dan sedang menempuh pendidikan S2 di sebuah Universitas di Yogyakarta. Kasusnya dimulai dari tuduhan menyerobot antrian BBM di SPBU hingga ekspresi pribadi Florence di media sosial “path” yang http://cloudcycle.net/teaching-your-child-at-home-how-what-why/ dianggap menyakiti perasaan masyarakat Yogyakarta. Ada banyak sisi yang dapat didiskusikan dalam kasus Florence. Mulai dari sisi perilaku penggunaan media sosial, sisi hukum, hingga sisi sosio-kultural. Tak kalah menarik adalah membahas pernyataan beberapa orang yang muncul di media sosial sebagai tanggapan atas kasus Florence mengenai tidak adanya hubungan antara pendidikan


tinggi yang dimiliki seseorang dengan kematangan pribadinya. Perilaku menyerobot antrean (meskipun yang bersangkutan memiliki pembenaran tersendiri) dan agresi verbal yang menggeneralisir sekelompok masyarakat berdasarkan emosi marah sesaat yang diungkapkan di media sosial (meskipun mungkin awalnya hanya dimaksud untuk kalangan terbatas), dipandang beberapa orang di media sosial tidak mencerminkan pendidikan S2 yang sedang dijalaninya. Jika pernyataan ini benar, apa yang perlu dibenahi oleh dunia pendidikan di Indonesia? ujuan pendidikan di sekolah secara umum adalah pengembangan anak didik lewat optimalisasi berbagai aspek dalam dirinya. Aspek-aspek tersebut seharusnya dikembangkan secara harmonis dengan tidak melupakan keunikannya masing-masing. Pendidikan pun sebenarnya dimulai dan mendapat fondasi


dari keluarga dan kemudian diteruskan secara formal oleh sekolah. Oleh karenanya, proses optimalisasi aspek-aspek secara harmonis tersebut semestinya akan melibatkan kerjasama keluarganya dan sekolah di mana dia berada. Saat ini ada kecenderungan umum untuk menekankan capaian prestasi kognitif akademis anak didik dalam dunia pendidikan di Indonesia baik oleh orangtua maupun oleh sekolah. Hal ini gencar dilakukan bahkan sejak anak berada di tahap pra-sekolah dan awal-awal tahun pendidikan dasarnya. Predikat sekolah terbaik atau sekolah teladan bahkan semenjak di tingkat awal hampir selalu merujuk pada capaian prestasi kognitif akademisnya. Dan sekolah berlomba-lomba untuk meraih gelar tersebut. Untuk mewujudkannya, sekolah yang didukung orangtua


bahkan tidak segan-segan menumbuhkan suasana kompetitif untuk semakin memperkuat daya tekan pada anak. Dengan suasana kompetitif ini, orangtua dan sekolah berusaha mengikutsertakan kekuatan sosial untuk menggenjot segala daya upaya anak agar berusaha menjadi yang terbaik dan mengalahkan yang lain. Fasilitas lain untuk untuk mendorong aspek kognitif juga diberikan lewat penambahan http://britnellbooks.com/lower-your-chances-of-getting-asthma-with-these-excellent-tips/ jam belajar serta pemberian pelajaran tambahan. Bahkan pelajaran tambahan yang bersifat kognitif telah diberikan bahkan semenjak anak menjalani pendidikan pra-sekolah.



Dunia pendidikan masa kini

No comments:

Post a Comment