Monday 16 November 2015

Deg-degan Jelang Pemeriksaan Tensi? Mungkin Anda Terkena Sindrom Ini

Tensi atau tekanan darah bisa jadi petunjuk utama apakah seseorang mengalami gangguan kesehatan atau tidak. Namun ketika diperiksa, kadangkala tensi yang terbaca tidak selalu sama dengan kondisi yang sebenarnya. Ternyata bagi seorang orang, stres atau perasaan tertekan ketika tekanan darahnya akan diperiksa di ruang praktik dokter berpengaruh terhadap tensi yang http://talewiki.com/cushion.php?http://www.ruangtani.com/10-cara-lengkap-dan-mudah-budidaya-ternak-jangkrik-menghasilkan/ terbaca. Akibatnya angka tensi yang terbaca menjadi lebih tinggi daripada tekanan darah yang sebenarnya. Kondisi ini biasa disebut dengan \’sindrom jas putih\’ (white coat syndrome), merujuk pada jas putih yang biasa dikenakan dokter atau asistennya yang diduga memicu kecemasan pada sebagian pasien. Sebaliknya, ada juga pasien yang memiliki perilaku tak


sehat atau mengalami kenaikan tensi karena stres, tetapi saat diperiksakan di ruang praktik dokter, tensinya justru terlihat normal. Kondisi ini disebut dengan \’hipertensi tersembunyi\’ (masked hypertension) karena dokter tidak mendapatkan gambaran akurat tentang kenaikan tensi pasien ketika berada di luar ruang pemeriksaan. Baca juga: Kemenkes Punya Aplikasi Pengukur Stres di Android, Yuk Dicoba! Sebuah penelitian terbaru dari University of Texas Southwestern Medical Center mengungkapkan, meski kedua kondisi di atas tampak berlawanan, namun sejatinya keduanya sama-sama menyembunyikan risiko penyakit jantung yang dimiliki seseorang. Hal ini dibuktikan peneliti dengan menganalisis data dari 3.000 pasien dewasa di Dallas, Texas. Masing-masing partisipan mendapatkan dua


kali kunjungan rumah dan satu kali diminta memeriksakan diri ke rumah sakit. Dari situ didapati fakta bahwa 3,3 persen partisipan mengalami \’white coat syndrome\’, sedangkan 17,8 persen mengalami \’masked hypertension\’. Ternyata baik yang mengalami \’white coat syndrome\’ ataupun \’masked hypertension\’ sama-sama berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung, gagal jantung, stroke, atau kerusakan organ dibandingkan mereka yang tekanan darahnya normal-normal saja. Bahkan risikonya mencapai dua kali lipat, kendati peneliti telah mempertimbangkan faktor risiko gangguan kardiovaskular lain seperti diabetes, usia, kebiasaan merokok, atau kadar kolesterol selama studi yang berlangsung 9 tahun lamanya tersebut. \”Satu dari lima partisipan memiliki \’masked hypertension\’. Ini menunjukkan


betapa banyaknya orang yang dikatakan tensinya normal tapi sebenarnya memiliki tekanan darah tinggi, sehingga dokter kesulitan untuk mendiagnosis atau bahkan gagal memberikan penanganan sejak dini,\” ungkap peneliti, Dr Wanpen Vongpatanasin seperti dikutip dari Huffington Post, Selasa (17/11/2015). \’White coat syndrome\’ juga tidak dapat diremehkan begitu saja, karena ini sebenarnya bisa jadi penanda bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi di kemudian hari, dan tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan penurunan kesehatan kardiovaskular dari waktu ke waktu. \”Kebanyakan orang mengalami kenaikan tensi sebagai respons dari stres. Jadi saran saya, (red, daripada stres di ruang periksa) sebaiknya orang-orang memonitor tekanan darah mereka di http://seo.park.kh.ua/informers.html?address=www.ruangtani.com/16-cara-lengkap-dan-mudah-budidaya-jamur-tiram-putih/ rumah saja,


di mana mereka lebih sering menghadapi situasi yang membuat mereka tertekan seperti merokok,\” tutup Wanpen.



Deg-degan Jelang Pemeriksaan Tensi? Mungkin Anda Terkena Sindrom Ini

No comments:

Post a Comment