ini konsekuensi sebagai publik figur, ke mana pun ia pergi, selalu saja orang menyapa. Bahkan, acap kali berlanjut saling berebut salaman. Malah mendaulat menyanyi garingan (menyanyi tanpa iringan musik) di tempat itu juga.
Inilah yang dialami Hajah Waldjinah. Penyanyi Keroncong asli Solo, ini, meski sudah berusia 64 tahun, masih tampak cantik dan berkulit kencang. Ia sempat menjadi bintang ketika menjadi tamu Allah di Tanah Suci, Makkah al Mukaromah. Pengalaman ibadah haji menjadi bagian memori hidupnya.
Walau sudah berlangsung lama, 23 tahun lalu. Persisnya, pada 1986 silam. Ia berangkat sendirian karena suaminya wafat pada 1985. Saat itu, usia Waldjinah 41 tahun, baru mekar-mekarnya, dan sebagai artis di musik keroncong tengah naik daun lewat tembang top hits Walang Kekek, Ratu Kembang Kacang, Tanjung Perak, Entit, Ayo Ngguyu, dan MTT (Mathuktok). Waktu itu, pemberangkatan haji melalui embarkasi Halim Perdanakusuma. Setiap kali berpapasan dengan calon jamaah lain, selalu saja ada yang menyapanya. Bahkan, pilot pesawat Garuda memberi tempat ”istimewa”.
Malah disuruh duduk di tempat kopilot agar lebih leluasa melihat pemandangan. Kehadiran Waldjinah di tengah calon jamaah haji menjadi media hiburan tersendiri. Di antara sesama anggota kelompok terbang (kloter), misalnya, ketika istirahat dalam pemondokan, dia pasti diminta memperdengarkan suara emasnya. Tak hanya itu, setiap kali mengadakan perjalanan di luar menunaikan rukun wajib haji, seperti lempar jumrah, sai, dan wukuf, selalu saja ada yang meminta dirinya menyanyi. Terutama, orang-orang Indonesia yang mukim di sana.
Mereka ada yang berprofesi sebagai penjual makanan, sopir, serta beragam profesi lain, begitu ketemu langsung menyapa. ””Ayo Bu nyanyi keroncong satu lagu saja””. Waldjinah pun memenuhi permintaan itu dengan penuh kesabaran dan keakraban. ””Lha, bagaimana lagi, saya ini diberi anugerah Allah suara bagus, ya untuk ibadah.
http://mi40xpdf.blogspot.com
Membuat hati orang senang, terhibur, mendengar suara saya, bagian dari ibadah. Jadi, berkah suara bagus ini saya manfaatkan sebaik-baiknya juga untuk ibadah. Mudah-mudahan saja jadi amal baik saya kelak.”” Bisa dibayangkan betapa senang mereka bisa mendengar langsung suara emas ”Si Walang Kekek”. Apalagi berada di negeri orang. Ini sama artinya nanggap pentas orang populer tanpa bayaran. ””Jadi, waktu itu saya seperti ngamen. Tapi, senang juga. Membuat orang lain senang, bahagia, meski hanya menyanyi satu-dua lagu,”” katanya.
Banyak pengalaman spiritual selama menunaikan ibadah haji. Ketika berada di Raudhah, misalnya, ia duduk berdiam diri menikmati pemandangan sejuk, tenang, mendengar pancaran air gemericik. Lalu, shalat dua rakaat. Meski berjubel orang, tapi tak ada yang nyenggol bokong sedikit pun. ””Seusai berdiam diri, saya melihat ada sosok ulama berjubah serbaputih memberi ceramah. Tiba-tiba, dalam sekejap hilanglah pemandangan itu,”” tuturnya.
Selama di Tanah Suci, Waldjinah terbiasa bangun tengah malam, lalu shalat Tahajud hingga subuh. Ibadah semacam itu rutin dilakukan untuk mendapat ketenangan setelah ditinggal suami tercintanya. Status janda ””kwaci”” (sebutan untuk wanita cantik langsing), juga membuat dirinya mendekatkan diri dengan Allah biar tahan goda. Apalagi, profesinya dunia panggung hiburan, sarat dengan godaan. Di sela-sela kegiatannya menjalankan ibadah haji, sempat ada kabar yang menggegerkan keluarga dan dunia keartisan di Solo. Waktu itu, tersiar kabar Waldjinah meninggal dunia. Keluarga sempat panik lantaran sulit mencari konfirmasi. Hubungan via telepon susah. Tidak seperti sekarang, fasilitas komunikasi HP cukup canggih.
Komunikasi putus. Kabar Waldjinah meninggal sampai di kalangan seniman. Bahkan, sempat rekan penyanyi keroncong, Harti Umar, mempunyai hajad mantu sepi gara-gara tersiar kabar Waldjinah meninggal. Padahal, yang meninggal dunia namanya Waginah asal Pekalongan. Berita simpang siur mendorong Waldjinah segera memberi tahu ke rumah. Ia diantar petugas untuk menghubungi keluarga, kalau berita tersebut tidak benar. Pihak keluarga pun setengah tidak percaya, waktu menelepon dikira bayangan sukma Waldjinah yang menelepon. “Alhamdulillah, setelah berhaji karier saya kian moncer. Lagu-lagu yang saya nyanyikan semakin terkenal. Seperti, lagu Entit, Ayo Ngguyu, Tanjung Perak, dan MTT (Mathuktok). Job pentas pun terus berdatangan.” ed m.as’adi/yto
Read more : https://www.youtube.com/watch?v=msu6w7aZbnM&feature=youtu.be
Hajah ‘Walang Kekek’ Waldjinah: Berbagi Suka Bersama Mukim
No comments:
Post a Comment