Pengusaha alat berat pangkas target produksi JAKARTA. Industri alat berat memangkas target produksi tahun ini. Penurunan target seiring penurunan penjualan alat berat akibat geliat ekonomi yang tak bertenaga. Jamaluddin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) bilang, semula mereka target produksi tahun ini 6.000 unit. \”Melihat kondisi saat ini, kami koreksi menjadi 4.000 unit,\” ujar Jamaluddin pada rental alat berat semarang KONTAN, Senin (26/10). Dalam catatan Hinabi, produksi alat berat dari awal tahun sampai September 2015 tercatat 2.882 unit, turun 25,23% ketimbang produksi periode yang sama tahun lalu 3.855 unit. \”Dari hasil produksi, 80% untuk domestik sisanya ekspor,\” ujar Jamaluddin. Jamaluddin bilang, ada tiga hal yang membuat penjualan alat berat turun.
Yaitu, pertumbuhan ekonomi melambat, harga komoditas turun, serta minimnya belanja infrastruktur pemerintah. Penurunan produksi alat berat membuat kapasitas perakitan alat berat banyak yang tak terpakai. Saat ini kapasitas terpasang produksi alat berat berkisar 10.000 unit– 11.000 unit per tahun. \”Tahun lalu kapasitas produksi 10.000 unit, tahun ini naik 11.000 unit karena Pindad produksi alat berat juga,” kata Jamaludin. Soal pasar alat berat tahun ini diproyeksikan hanya 6.000 unit, turun dari tahun lalu 7.000 unit – 8.000 unit. \”Perkiraan saya 3.200 unit dari dalam negeri, sisanya impor,\” ujar Jamaluddin. Rencana penurunan target produksi oleh Hinabi dibenarkan oleh anggotanya, salah satunya PT
United Tractors Tbk (UNTR). \”Kalau pasar tak sesuai perkiraan, tentu ada penyesuaian target,\” terang Sara Loebis, Corporate Secretary UNTR, Senin (26/10). Namun, Sara belum tahu berapa koreksi produksi yang akan mereka lakukan. Berdasarkan laporan bulanan UNTR, penjualan alat berat UNTR sampai Agustus 2015 adalah 1.687 unit, turun 38,65% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 2.750 unit. Dari 1.687 unit alat berat yang terjual, 30% berasal dari tambang, 22% dari kehutanan, 33% dari konstruksi, 15% dari agribisnis. Sampai Juni 2015, United Tactors mengklaim menguasai 38% pangsa pasar alat berat nasional. \”Kemungkinan masih sama sampai kuartal ketiga. Tapi data pastinya belum
keluar,\” ujar Sara. Djonggi Gultom, Rental alat berat daerah semarang Ketua Perhimpunan Agen Alat Berat Indonesia (PAABI) menambahkan, faktor lain yang menurunkan pasar alat berat adalah kebakaran hutan. \”Kebakaran hutan berpengaruh ke bisnis alat berat,\” kata Djonggi. Terkait persaingan pasar, khusus untuk eskavator penguasaan pasar terbesar masih dipegang Komatsu 28%-30%, lalu Hitachi 26%, sisanya Caterpillar, Kobelco, Suny dan lain-lain.
Pengusaha alat berat pangkas target produksi
No comments:
Post a Comment