Saturday, 31 January 2015

Manfaat Shalat dengan Berkiblat ke Kakbah (3)

REPUBLIKA.CO.ID – Dalam penetapan kiblat, terkandung makna penegasan dan pengajaran tata cara serta tata krama (etika) suatu dinamika kelompok. Prinsip terpenting untuk mencapai kesatuan dan kesetiakawanan (solidaritas) kelompok adalah dengan penyatuan arah pandang yang menafikan pengelompokan atas dasar kebangsaan, ras, kesukuan, asai wilayah, bahasa, ataupun asal negara.


Allah SWT memilih kiblat sebagai jalan keluar untuk tercapainya kesatuan dan solidaritas umat. Pilihan selain kiblat, alih-alih mempersatukan, justru mengotak-ngotakkan umat. Islam (berserah diri pada Allah) adalah ajaran semua Nabi. Maka, satu-satunya penegasan bahwa semua Nabi hanya mengajarkan satu ajaran (yakni Tauhid) adalah dengan penetapan sebuah “titik arah” peribadatan. Kiblat yang tunggal untuk semua orang di seluruh penjuru dunia melambangkan kesatuan dan keseragaman diantara mereka. Lebih dari itu, perintah ini sangat sederhana dan mudah dikerjakan, baik oleh lelaki maupun perempuan berpendidikan tinggi maupun rendah, orang kampung maupun orang kota, kaya maupun miskin, semuanya menghadap ke titik yang sama.


Hal ini menunjukkan betapa sederhananya dan betapa indahnya Islam. Perlu dicatat dalam ingatan bahwa jika keputusan ini disearahkan kepada umat, niscaya terjadilah ketidaksepakatan yang sangat tajam. Namun, dengan rahmat Allah SWT diputuskan- Nya hal ini sekali saja untuk ditaati oleh semua insan, sebagai pemersatu dan penyeragaman umat Islam.


paket umroh murah 2015 jakarta

Oleh karena itu, ketika ras Adam AS muncul di Planet Bumi, fondasi Baitullah (Ka’bah) telah diletakkan oleh para malaikat. Kiblat untuk Nabi Adam AS dan keturunannya adalah Ka’bah yang bentuknya masih sangat sederhana sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 96.


Setiap insan kala itu mengikuti ketentuan kiblat hingga datang masa Nabi Nuh AS, di mana pada waktu itu Ka’bah turut hancur diterjang banjir besar. Sekian waktu berselang, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS membangun ulang Ka’bah atas perintah dan bimbingan langsung dari Allah SWT Kemudian Ka’bah menjadi kiblat bagi kedua Nabi tersebut dan para pengikutnya. Setelah itu, Al-Quds (Bait Al-Maqdis/Masjid Al-AQS.a) ditetapkan sebagai kiblat untuk para Nabi dari Bani Israil. Meski demikian, manakala mengerjakan shalat di dalam Al-Quds, para Nabi biasanya menghadap sedemikian rupa sehingga Al-Quds dan Baitullah (Ka’bah) berada tepat di arah depan mereka.


Dikisahkan oleh Al-Qurthubi, shalat telah diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin dengan arah kiblat yang sama seperti semasa leluhur beliau, Nabi Ibrahim AS. Setelah hijrah ke Madinah (ada pula ulama yang mengatakan menjelang hijrah), Allah SWT memerintahkan agar Rasulullah SAW menghadapkan wajah ke Al-Quds. Beliau biasa melakukan dengan berdiri diantara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, sehingga Baitullah dan Baitul Maqdis, dua-duanya, berada di depan beliau. Redaktur: Chairul Akhmad Reporter: Hannan Putra


Read more : paket umroh plus turki 2015



Manfaat Shalat dengan Berkiblat ke Kakbah (3)

No comments:

Post a Comment